Partai Sayap Kanan Prancis Galang Dukungan Larang Shalat Jumat

Adzan
berkumandang dari pengeras suara yang bertengger di kap mobil. Dalam
waktu bersmaaan, ratusan jamaah berdatangan ke sebuah tanah lapang untuk
bershalat Jumat. Tak ada bangunan masjid bukan kendala bagi Muslim di
sudut Paris untuk menggelar shalat Jumat berjamaah.
Adegan
ini terekam di sisi jalan di Paris utara, beberapa langkah dari
basilika Sacre Coeur. Untuk penduduk setempat, itu adalah berita lama:
menjadikan trotoar sebagai arena shalat Jumat. Mereka maklum, karena
memang di kawasan ini tak ada masjid, dan izin pembangunan masjid selalu
dianulir.
Tapi
tidak untuk Marine Le Pen - pemimpin partai sayap kanan Front Nasional.
Baginya, itu adalah bukti bahwa Muslim mengambil alih Perancis dan
menjadi kekuatan baru. Secara berapi-api bulan lalu, ia menggalang
dukungan menentang penggunaan trotoar untuk shalat Jumat.
Komentarnya
menyebabkan kehebohan saat dia ditangkap ketika "berceramah" menentang
shalat Jumat, pada saat Muslim tengah melaksanakan shalat. "Ini telah
menjadi isu politik penting," kata Frederic Dabi, seorang penelitian.
"Nilai-nilai sekularisme Perancis tengah diuji."
Penentangan
Front Nasional atas Jumatan di jalan umum telah digaungkan sekitar 15
bulan lalu sebelum pemilihan presiden. banyak kalangan menilai, ada
kepentingan politik di sana, yaitu pertempuran antara kubu sayap kanan
dan partai tengah kanan pimpinan Nicolas Sarkozy (presiden Prancis saat
ini) untuk merebut suara.
Mereka mengancam akan melakukan aksi yang lebih tegas jika Muslim tetap ngotot menggelar Shalat Jumat di trotoar.
Kepada
Reuters, beberapa Muslim mengaku bila ada pilihan lain, mereka pun tak
ingin shalat Jumat di trotoar. "Pada musim dingin, kami menggigil. Bila
hujan tiba, kami kehujanan," ujar Mohammed Delmi, seorang warga Muslim.
Satu-satunya masjid -- dan itupun dianggap masjid ilegal -- terlalu
kecil untuk menampung mereka. "Kami berdoa di jalan karena tidak ada
ruang yang cukup, itu saja." (my, rpblk)
0 komentar:
Posting Komentar