Profesor Ateis vs Mahasiswa Religius
Perdebatan seru terjadi di kelas filsafat,membahas apakah Tuhan itu ada atau tidak.
Profesor mengajak para mahasiswa berpikir dengan logika:
“Adakah di antara kalian yang pernah mendengar Tuhan?”
Tak ada yang menjawab.
“Adakah di antara kalian yang pernah menyentuh Tuhan?”
Lagi-lagi tak ada jawaban
“Atau ada di antara kalian yang pernah melihat Nya?!”
Masih tak ada jawaban
“Kalau begitu Tuhan itu tak ada”
Seorang mahasiswa yang religius mengacungkan tangannya, meminta izin untuk bicara.
“Apakah ada yang pernah mendengar otak profesor?” tanyanya pada seisi kelas.
Suasana hening.
“Apakah ada yang pernah menyentuh otak profesor?”
Suasana tetap hening
“Apakah ada yang pernah melihat otak profesor?”
Karena tak ada yang menjawab maka mahasiswa itu kemudian menyimpulkan,”Kalau begitu, profesor memang tak punya otak
Seorang ikhwan yang kuliah di semester akhir berazzam untuk
menyempurnakan separuh dien-nya. Sebagaimana biasa, beliau pun
menghubungi ustadnya dan memulai proses dari awal sampai akhirnya tiba
saatnya untuk taaruf, yaitu dipertemukan dengan calonnya.
Tibalah hari dan jam yang telah ditentukan, dengan semangat seorang aktivis, beliau datang tepat waktu di sebuah tempat yang telah di janjikan ustad. Taaruf pun dimulai, sang akhi duduk disebelah murobby, sementara agak jauh di depannya sang akhwat di temani murobbiyahnya dengan posisi duduk menyamping menjauhi sudut pandangan si ikhwan.
Setelah sekian lama berlalu tak ada pembicaraan, sang murobby berbisik pelan pada mad’unya yang malu-malu ini,
“Gimana akhi, sudah lihat akhwatnya belum, sudah mantap apa belum?”
“Sudah Ustad, saya mantap sekali ustad, akhwatnya yang sebelah kiri itu khan?”
Murobbynya kaget, wajahnya berubah agak kemerahan.
“Eh..gimana antum! Yang itu istri ana!”
Abu ‘Aun pernah bertanya kepada seseorang tentang sesuatu. Orang itu menjawab, “Kebetulan anda bertanya kepada orang yang pakar dalam masalah ini. Karena saya pernah bertanya kepada ayah saya tentang hal itu, kemudian ia menjawab, ‘Aku pernah bertanya kepada kakekmu tentang hal itu, kemudian ia menjawab, “Saya tidak tahu.”
Ada orang idiot berkunjung pada orang sakit. Kemudian ia berkata kepada keluarganya, “Semoga Allah memberikan pahala atas kesabaran kalian menerima kematiannya.” Keluarganya menjawab, “Dia masih hidup dan belum mati.” Orang idiot itu berkata, “Dia akan mati, insayaallah.”
Seseorang pernah berkunjung pada orang sakit yang tidak terlalu parah. Kemudian ia berkomentar, “Tak apa-apa. Jika kalian melihat ada orang sakit seperti ini, maka cucilah tangan kalian setelah menyentuhnya. Karena orang tua saya pernah sakit seperti ini kemudian ia meninggal.”
Isa bin Musa Al Hasyimi suatu hari melihat Abul Ghusn yang sedang menggali tanah di suatu tempat di Kufah. Mendapati hal itu ia bertanya, “Apa yang sedang engkau lakukan, Abul Ghusn?” ia menjawab, “Saya pernah memendam uang dirham di padang pasir ini. Tapi semenjak tadi saya mencarinya tidak kunjung menemukannya.” Isa berkata, “Seharusnya ketika engkau memendamnya itu engkau meletakkan tanda yang menunjukkan tempatnya.” Abul Ghusn berkata, “Saya sudah buat tandanya.” Isa berkata, “Apa tandanya itu?” Ia menjawab, “Awan di langit yang ketika itu menaunginya. Tetapi sekarang saya tidak menemukan tanda itu.”
http://muslimstory.wordpress.com/2009/02/10/sejenak-tersenyum/
AZHAR.M.F
Perdebatan seru terjadi di kelas filsafat,membahas apakah Tuhan itu ada atau tidak.
Profesor mengajak para mahasiswa berpikir dengan logika:
“Adakah di antara kalian yang pernah mendengar Tuhan?”
Tak ada yang menjawab.
“Adakah di antara kalian yang pernah menyentuh Tuhan?”
Lagi-lagi tak ada jawaban
“Atau ada di antara kalian yang pernah melihat Nya?!”
Masih tak ada jawaban
“Kalau begitu Tuhan itu tak ada”
Seorang mahasiswa yang religius mengacungkan tangannya, meminta izin untuk bicara.
“Apakah ada yang pernah mendengar otak profesor?” tanyanya pada seisi kelas.
Suasana hening.
“Apakah ada yang pernah menyentuh otak profesor?”
Suasana tetap hening
“Apakah ada yang pernah melihat otak profesor?”
Karena tak ada yang menjawab maka mahasiswa itu kemudian menyimpulkan,”Kalau begitu, profesor memang tak punya otak
ta’aruf unik ^^
Desember 21, 2008 oleh muslimstory
Tibalah hari dan jam yang telah ditentukan, dengan semangat seorang aktivis, beliau datang tepat waktu di sebuah tempat yang telah di janjikan ustad. Taaruf pun dimulai, sang akhi duduk disebelah murobby, sementara agak jauh di depannya sang akhwat di temani murobbiyahnya dengan posisi duduk menyamping menjauhi sudut pandangan si ikhwan.
Setelah sekian lama berlalu tak ada pembicaraan, sang murobby berbisik pelan pada mad’unya yang malu-malu ini,
“Gimana akhi, sudah lihat akhwatnya belum, sudah mantap apa belum?”
“Sudah Ustad, saya mantap sekali ustad, akhwatnya yang sebelah kiri itu khan?”
Murobbynya kaget, wajahnya berubah agak kemerahan.
“Eh..gimana antum! Yang itu istri ana!”
Abu ‘Aun pernah bertanya kepada seseorang tentang sesuatu. Orang itu menjawab, “Kebetulan anda bertanya kepada orang yang pakar dalam masalah ini. Karena saya pernah bertanya kepada ayah saya tentang hal itu, kemudian ia menjawab, ‘Aku pernah bertanya kepada kakekmu tentang hal itu, kemudian ia menjawab, “Saya tidak tahu.”
Ada orang idiot berkunjung pada orang sakit. Kemudian ia berkata kepada keluarganya, “Semoga Allah memberikan pahala atas kesabaran kalian menerima kematiannya.” Keluarganya menjawab, “Dia masih hidup dan belum mati.” Orang idiot itu berkata, “Dia akan mati, insayaallah.”
Seseorang pernah berkunjung pada orang sakit yang tidak terlalu parah. Kemudian ia berkomentar, “Tak apa-apa. Jika kalian melihat ada orang sakit seperti ini, maka cucilah tangan kalian setelah menyentuhnya. Karena orang tua saya pernah sakit seperti ini kemudian ia meninggal.”
Isa bin Musa Al Hasyimi suatu hari melihat Abul Ghusn yang sedang menggali tanah di suatu tempat di Kufah. Mendapati hal itu ia bertanya, “Apa yang sedang engkau lakukan, Abul Ghusn?” ia menjawab, “Saya pernah memendam uang dirham di padang pasir ini. Tapi semenjak tadi saya mencarinya tidak kunjung menemukannya.” Isa berkata, “Seharusnya ketika engkau memendamnya itu engkau meletakkan tanda yang menunjukkan tempatnya.” Abul Ghusn berkata, “Saya sudah buat tandanya.” Isa berkata, “Apa tandanya itu?” Ia menjawab, “Awan di langit yang ketika itu menaunginya. Tetapi sekarang saya tidak menemukan tanda itu.”
http://muslimstory.wordpress.com/2009/02/10/sejenak-tersenyum/
AZHAR.M.F
0 komentar:
Posting Komentar