Seandainya saja legenda ketika Rara Jongrang meminta kepada Bandung Bandawasa untuk membangun seribu candi selama satu malam di St Petersburg, khususnya mulai tanggal 21 Juni hingga 23 Juni, mungkin di Prambanan saat ini tidak akan terdapat 999 candi.
Demikian juga apabila Dayang Sumbi meminta kepada Sangkuriang dibuatkan kapal dan danau dalam satu malam di tempat yang sama. Pun dengan Rara Anteng yang secara halus menolak pinangan bajak laut sakti dengan meminta dibuatkan lautan ditengah gunung hanya menggunakan batok (tempurung kelapa).
Pasalnya, pada tanggal tersebut, kawasan St Petersburg, Rusia tengah mengalami apa yang disebut sebagai white night. Tribun merasa sangat beruntung bisa menikmati puncak white night tahun ini. Sesuai dengan sebutannya, malam yang biasanya gelap, di kota asal Anna Karenina, perempuan cantik dalam novel terkenal karya pengarang besar Rusia, Leo Tolstoy (1828-1910) ini, tetap cerah.
Luar biasanya, pada puncak white night, hampir sama sekali tidak ada kegelapan di kota ini. Gelap malam di kota yang dibangun oleh Peter the Great pada 1703 ini kurang dari satu jam. Itu pun tidak gelap secara keseluruhan.
Saat Tribun menjejakan kaki di Bandara Pulkovo, Kamis (21/6) dini hari sekitar pukul 01.00, langit di ufuk barat masih lembayung. Tidak berbeda jauh dengan langit Indonesia ketika Maghrib menyapa.
Penasaran dengan kebenaran cerita white night, Tribun pun sempat menunggu kapan datangnya gelap. Akhirnya, Tribun memutuskan untuk berhenti di pinggiran Sungai Neva.
Tiupan angin dini hari terbilang cukup dingin bagi orang Indonesia. Saat itu, suhu udara sekitar 12 derajat celcius. Ditambah lagi dengan sepoi angin yang berhembus di kota pinggiran Laut Baltik ini.
Namun, perjalan darat dari Bulgar ke Kazan yang langsung disambung terbang ke Moskwa dan disusul penerbangan ke St Petersburg membuat Tribun menyerah. Sekitar pukul 03.00, akhirnya Tribun memilih chek in ke hotel dan beristirahat.
Sesaat sebelum terlelap, sekitar pukul 03.30, Tribun sempatkan melihat langit dari jendela hotel ke arah matahari tenggelam. Saat itu, warna langit belum berbeda jauh. Masih lembayung hanya sedikit lebih layu.
White night ternyata juga menarik wisatawan untuk berkunjung. Kota ini, menjadi kota yang selalu hidup dalam 24 jam. Lalu lalang kendaraan, masyarakat atau pun turis yang menikmati makanan Rusia di pinggir jalan dan pedestrian yang disesaki pejalan kaki.
Selain St Petersburg ada beberapa kota yang letaknya sama di lokasi 59 derajat 57 'Utara. Sebut saja Oslo, Norwegia, ujung selatan Greenland dan Seward, Alaska. Hanya bedanya, St Petersburg adalah kota paling utara dengan populasi penduduk lebih dari 1 juta jiwa.
Kondisi ini membuat membuat pemerintah dan swasta berlomba-lomba mencari peluang bisnis. Sejumlah acara dipersiapkan. Mulai dari hari kelulusan anak SMA hingga ajang internasional.
Hotel di daerah yang menghadap Laut Baltik penuh. Boleh dibilang, kota ini pada saat white night, merupakan kota yang paling hidup di dunia. Matahari tak pernah meninggalkan sinarnya di sini.
Hal ini pun ditangkap dengan baik oleh pengelola hotel. Tidak tangung-tanggung, harga hotel di kota yang dipenuhi bangunan tua ini, bisa naik berdasarkan jam.
Kenaikan tarif hotel sangat mencengangkan. Hampir mencapai enam kalilipat dibandingkan sebelumnya.
Harga kamar jenis deluxe di Marriot Courtyard Vaselievsky yang paling murah, jika sebelumnya hanya dipatok 4500 rubel (per satu US$1 setara 32 rubel) untuk tanggal 20 hingga 23 juni sudah diangka 25.000 rubel.
Bisa dibayangkan harga kamar di atas deluxe. Studio, Junior Suite atau Suite yang bandrolnya ada di angka 35.000 rubel hingga 55.000 rubel.
Bagi yang super kaya biasanya berebut menginap di The Grand Hotel Europe di bilangan Nevsky Prospekt, Mikhailovskaya Ulitsa atau di Astoria Hotel di bilangan Bolshaya Morskayakamar termurahnya dimulai 15.300 rubel hingga 20.000 rubel.
AMF
0 komentar:
Posting Komentar