>

SEJARAH ADZAN



Bilal bin Rabah tercatat sebagai muadzin pertama dalam sejarah Islam. Bilal juga termasuk golongan pertama yang masuk Islam, tepatnya orang ketujuh yang masuk Islam.
Bilal adalah budak Umayyah dan dimerdekakan Abu Bakar ketika Bilal sedang mengalami penyiksaan oleh sang majikan gara-gara masuk Islam. Umayyah mematok harga sangat tinggi, namun Abu Bakar tetap membayarnya. Bilal kemudian bekerja pada Abu Bakar lalu membantu Rasulullah Saw menyebarkan Islam.
Bilal dianugerahi suara merdu. Kelebihannya itu pun ia abdikan untuk Islam. Ia menjadi muadzin.
Diriwayatkan, sebelum adzan ditetapkan sebagai panggilan shalat atau penanda masuknya waktu shalat, Rasulullah Saw sempat berpikir untuk memanggil umat menggunakan terompet. Namun, beliau sendiri tidak menyukai idenya karena orang Yahudi juga menggunakan cara yang sama. Akhirnya, disepakati berupa tepukan tangan.
Salah seorang sahabat, Abdullah bin Zaid, punya ide soal itu. Ia pun menemui Rasulullah. Ia berkata, bahwa ia bermimpi bertemu seorang pria yang menggunakan dua helai kain berwarna hijau seraya membawa bel.
Dalam mimpi itu, Abdullah lalu menawarkan diri untuk membeli bel tersebut. Ketika pria itu bertanya, untuk tujuan apa ia gunakan bel tersebut, Abdullah menyatakan, bel itu akan ia gunakan untuk memanggil orang-orang untuk shalat.
Namun, pria itu menawarkan panggilan shalat yang lebih baik, yaitu kalimat takbir, syahadat, dan seterusnya (yang menjadi lafadz adzan hingga kini). Dengan gembira, Rasulullah menyatakan itu adalah ”sebuah penglihatan baik”.
Rasulullah segera meminta Abdullah menemui Bilal dan mengajarkan lafadz adzan tersebut. Bilal dipilih sebagai muadzin karena ia memiliki suara indah dan keras.
Sejak saat itulah pertama kali adzan diperdengarkan Bilal di Madinah. Diriwayatkan, setiap usai adzan, Bilal selalu berdiri di depan pintu rumah Rasulullah dan berkata “Hayya ’alash-sholah, hayya ‘alal-falaah (mari kita shalat, mari kita raih kemenangan).” Ia mengingatkan Rasul bahwa telah masuk waktu shalat.
Ketika Rasulullah wafat, pada hari pertama ”berkabung”, Bilal bersiap mengumandangkan adzan pertamanya tanpa kehadiran Rasul. Namun, baru saja ia berucap “Allahu Akbar” dan hendak mengucap nama Rasulullah SAW, ia tidak kuasa menahan kesedihan. Bilal menangis terisak-isak sehingga ia tidak meneruskan adzannya. Ia lalu berkata bahwa ia tidak akan pernah lagi mengumandangkan adzan karena tidak tahan menahan kerinduan yang mendalam kepada Rasul.
Bilal bahkan pindah ke Suriah dan menetap di kota Damaskus hingga akhir hayatnya.
Setelah Rasulullah wafat, Bilal hanya adzan dua kali. Pertama ketika Khalifah Umar bin Khattab datang ke Damaskus. Kedua ketika ia mengunjungi makam Rasulullah SAW di Madinah. Mendengar suara adzannya saat itu, semua yang hadir menangis karena teringat ketika Rasulullah Saw masih ada bersama mereka. Wallahu a’lam. (Abu Faiz/zonaislam.com).


 Oleh:Azhar.m.f dan Muhammad Ma'ruf

Penulis : RG-UG112 ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel SEJARAH ADZAN ini dipublish oleh RG-UG112 pada hari Sabtu, 02 Juni 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan SEJARAH ADZAN
 

0 komentar: