Amerika
dan antek-anteknya tentu menganggap orang yang satu ini adalah gembong
‘teroris’ terbesar sepanjang masa yang paling dicari. Untuk mengejar
sesosok manusia bertubuh kurus ini, AS harus habiskan miliaran dolar dan
menggempur habis-habisan Afghanistan dan dilakukan tidak secara
‘jantan.’
Jelas, tidak ‘jantan’ dengan dalih war on terror
AS mengajak sekutunya di bawah bendera NATO seenak perutnya menggempur
Daulah Islam dibawah pimpinan para mujahid Imarah Islam Afghanistan,
karena melindungi seorang ‘teroris’ bernama Usamah bin Ladin.
Luar biasa. Seperti dikatakan panglima perang NATO, Jenderal AS Stanley McChrystal, aksi main keroyok tentara sekutu itu pun ternyata jauh dari menang.
Kita
lihat juga, bagaimana sebagian umat Islam sendiri menilai sosok Usamah
bin Ladin? Di antara mereka yang mengaku salafi (salafi maz’um), tanpa tedeng aling-aling begitu 'galak' mencaci bahwa Usamah bin Ladin berjihad fi sabilisy syaithan. Abdul Muhsin Al Abbad ketika ditanya; “Apakah Usamah bin Ladin mujahid?” ia menjawab:
كيف
مجاهد؟! نعم هو مجاهد في سبيل الشيطان. أسامة بن لادن جلب شراً عظيماً على
المسلمين ولا شك أن ذهابه فيه راحة لهم, يرتاح الناس بذهابه
“Bagaimana
mungkin dia disebut sebagai mujahid? Na’am, dia mujahid di jalan
syaithan. Usamah bin Ladin membawa petaka yang besar bagi kaum muslimin.
Tidak diragukan lagi bahwa kematiannya mendatangkan ketentraman bagi
kaum muslimin. Umat manusia menjadi lebih tenang dengan kepergiannya,” jawabnya.
Bahkan seorang Aidh Al Qarni, ulama yang dikenal lewat kitabnya laa tahzan yang menyentuh hati, begitu tega mendustai kesyahidan Syaikh Usamah bin Ladin hingga mencelanya dengan mengatakan ia bermanhaj takfiir wa tafjiir (suka mengkafirkan dan membom).

Namun, tentu saja di antara mereka masih ada ulama yang mampu memandang sosok Syaikh Usamah bin Ladin melalui bashirahnya,
melihatnya secara obyektif dan membelanya. Syaikh Abdullah Al Jibrin
-rahimahullah- saat ditanyakan apakah Syaikh Usamah termasuk orang yang
membuat kerusakan sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh bin Baz? Maka
beliau pun menjawab dengan lirih:
الشيخ
ابن باز لم يقل ذلك وإنما قيلت عليه ، والشيخ ابن باز لن يقول هذه المقالة
ولا يقولها مسلم ، فأسامة رجل جاهد في سبيل الله قديماً وكان له جهود في
بلاد الأفغان ، وفقه الله ونصره ونصر به ، ولايزال قائما بالجهاد ، وكونه
يكفّر فهذا من اجتهاده ، حيث انه يكفر بعض الدول التي يلاحظ عليها بعض
الأشياء، فلا يقال انه بهذا يصير من المفسدين في الأرض أو نحو ذلك .
“Syaikh
bin Baz tidak pernah mengatakan seperti itu tetapi itu hanya ucapan
yang disandarkan kepada beliau (seolah-olah beliau mengatakannya).
Syaikh bin Baz tidak mungkin mengatakan seperti itu dan tidak ada
seorang muslim pun yang pantas menyatakan seperti ini..!!!
Usamah
bin Ladin adalah seorang yang berjihad di jalan Allah sejak dahulu dan
ia telah memberikan kesungguhannya jihadnya di Afghanistan. Semoga Allah
melimpahkan taufiq kepadanya, menolongnya dan memenangkan Islam
dengannya. Ia sampai hari ini masih terus berjihad."
Adapun
ia mengkafirkan (para penguasa negeri-negeri muslim), itu adalah bagian
dari ijtihadnya, di mana ia mengkafirkan sebagian negara yang telah ia
perhatikan secara seksama dan ia mendapatkan banyak hal (yang berkaitan
dengan kekufuran itu). Namun demikian tidak bisa serta merta karena
(ijtihadnya) ini kemudian ia disebut sebagai orang yang melakukan
kerusakan di muka bumi atau berbagai sebutan semisal itu.” Demikian
fatwa Syaikh Abdullah Al Jibrin.
Di antara kaum muslimin juga ada yang malu-malu dengan menyatakan meski tak sependapat, namun Syaikh Usamah tetaplah mujahid.
Ada pun
di kalangan para mujahidin internasional, pria kelahiran Jeddah, Arab
Saudi, 10 Maret 1957 ini merupakan pionir mujahid dan mujaddid.
Sekitar tahun 1979, usai menempuh pendidikan Tehnik Sipil di
universitas King Abdul Aziz, Jeddah, ia memulai karya jihadnya mengusir
komunis Uni Sovyet dari bumi Afghanistan. Tak hanya dengan harta,
jiwanya pun ia jual kepada Allah untuk berjihad.

Ia
tinggalkan kemewahan dari negara asalnya Saudi, menuju lembah-lembah
gersang di lereng perbukitan Afghanistan. Harta kekayaannya yang
melimpah, tak ia sia-siakan, ia gunakan membiayai kamp-kamp untuk
memfasilitasi para mujahidin dari berbagai negeri untuk beri’dad
sekaligus berjihad.
Biidznillah.
Perjuangan mujahidin pun mendapat pertolongan Allah. Uni Sovyet pun
menarik pasukannya dan penarikan terakhir pasukan tersebut terjadi pada
tanggal 2 Februari 1989.
Uni
Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah ditarik dari
Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989. Sovyet harus hengkang dari
bumi Afghanistan dengan membawa kekalahan, bukan hanya kekalahan tapi
negeri komunis super power di zamannya itu mengalami kerugian dahsyat
bahkan kejayaannya pun rontok hingga mengalami perpecahan menjadi
negara-negara kecil.
Syaikh
Usamah bin Ladin sempat kembali ke negaranya, Arab Saudi, meski sempat
disambut bak pahlawan, namun akhirnya ia mengalami kenyataan pahit
ketika sikap kritisnya terhadap kerajaan Saudi waktu itu membuahkan
pencabutan kewarganegaraannya dan ia pun menjadi DPO.
Ketika
perang Teluk saat itu, Raja Saudi pun lebih suka bergabung dengan
pasukan Amerika untuk melindungi negara tersebut ketimbang dijaga oleh
mujahidin Arab alumnus Afghanistan pimpinan Usamah bin Ladin.
Dalam kitab Taujihat Manhajiyah jilid
III yang disusun Syaikh Usamah bin Ladin diungkapkan bagaimana raja
Fahd bin Abdul Aziiz dalam khuthbahnya pada tanggal 18/1/1411 H, saat
itulah dimulainya penjajahan kaum salibis terhadap negeri Haramain
secara terang-terangan, ketika itu ia mengatakan:
“…Wahai
saudara-saudaraku, sungguh peristiwa yang sangat disayangkan -
penyerangan Kuwait - yang dilakukan oleh Irak itu menyebabkan
berkumpulnya pasukan-pasukan yang besar di perbatasan-perbatasan
Kerajaan Saudi Arabia. Dan dalam menghadapi kenyataan yang pahit ini dan
berangkat dari tekad kerajaan untuk menyelamatkan wilayahnya dan
menjaga unsur-unsur penting kehidupan dan ekonominya…Kerajaan Arab Saudi
menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan tentara-tentara Arab
yang menjadi saudara dan sahabatnya, yang mana pemerintah Amerika
Serikat telah ikut bergabung sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintah
Inggris dan negara-negara lain atas dasar hubungan persahabatan yang
terjalin antara kerajaan Arab Saudi dengan negara-negara tersebut."

Syaikh
Usamah tak sanggup berdiam diri tatkala melihat Al Haramain kini dijajah
thaghut Amerika, demikian pula Al Aqsha berada dalam cengkraman Yahudi.
ia pun kemudian mengeluarkan fatwa dan seruan jihad melawan Amerika.
Dalam kitab Aqsaamul Ilmi Alladzi Huwa Fardhu 'Ain
yang disusun Syaikh Usamah bin Ladin, ia menyatakan peperangan terhadap
Amerika atas berbagai penindasan dan penjajahan khususnya Al Haramain
dan Al Aqsha.
“Wahai
saudara-saudara kami, kaum muslimin di seluruh dunia! Sesungguhnya
saudara-saudara kalian di negeri Haramain dan Palestina telah meminta
bantuan kepada kalian, dan menuntut andil kalian di dalam jihad yang
mereka kobarkan melawan musuh-musuh mereka dan musuh-musuh kalian dari
kalangan orang-orang Israel dan Amerika, dengan berbagai cara
penyerangan yang dapat mengusir mereka dari tanah-tanah suci Islam dalam
keadaan kalah dan hina. Semua itu sesuai dengan kemampuannya. Allah
ta'ala berfirman:
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
Akan
tetapi jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan)
agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan” (QS. Al Anfaal : 72).
Maka
wahai pasukan Alloh, majulah! telah tiba saatnya untuk menyerang maka
seranglah, ketahuilah bahwa bersatunya kalian dan saling tolong menolong
kalian demi untuk membebaskan kesucian Islam adalah sebuah langkah yang
benar untuk menyatukan umat dibawah bendera kalimat tauhid.”
Tentu
saja buah dari seruan tersebut adalah dijadikannya harga kepala Syaikh
Usamah bin Ladin sebesar 25 juta dolar AS. Ia menjadi buronan nomor
wahid bagi thaghut AS dan antek-anteknya di seluruh dunia.
Sudan
sempat menjadi tempat berlabuhnya, namun amat disayangkan ternyata
pemimpin negara tersebut lebih takut terhadap Amerika dibanding Allah
Ta’ala. Syaikh Usamah pun hijrah kembali ke Afghanistan dan berbaiat
kepada pemimpin Imarah Islam Afghanistan, mullah Muhammad Umar.
Inilah
kenyataan pahit perjuangan beliau, namun atas izin Allah, bersama
kekuatan dan para mujahid yang terbatas, mereka tetap tegar di atas
jihad fi sabilillah.

Yang
menarik dari sosok Syaikh Usamah bin Ladin adalah karakternya yang
tenang dan kelembutan hatinya hingga ia adalah orang yang mudah
menangis. Ia bukan sosok yang memiliki suara keras dan berbicara
berapi-api, namun tetap tegas dalam bersikap.
Kita
bisa melihat sikap tersebut dari berbagai video yang tersebar di dunia
maya. Para mujahidin yang pernah bertemu dengannya mengakui sikap
santunnya dan kelembutan hatinya.
Syaikh
Ayman Azh Zhawahiri (Amir Tanzhim Al Qaidah pengganti Syaikh Usamah)
dalam video khutbahnya yang dipublish As Sahab dengan judul Ayyamu Ma’al Imam, menceritakan bagaimana Syaikh Usamah pernah bertanya padanya tentang dirinya yang lebih sering meneteskan air mata.
“As-Syaykh
Usamah bin Ladin dikenal mudah mengalirkan air mata atau menangis.
Hingga suatu saat beliau meminta pendapatku, beliau berkata padaku,
“sebagian ikhwah berkata, ‘terkadang Anda berbicara, lalu air mata Anda
menetes duluan. Kalau saja Anda (dapat) sedikit menahan (air mata).’
Lalu beliau bertanya pada saya, “apa pendapat Anda?”
Saya
katakan, “wahai Syaikh, ini adalah rahmat yang Allah letakkan di hati
Anda. Jangan sedih karenanya. Ini adalah karunia dari Alloh subhaanahu
wa ta’aala yang Dia berikan pada Anda.” Kata Syaikh Ayman dalam video
tersebut.
Subhanallah,
masih dalam video tersebut Syaikh Ayman, bercerita bagaimana Syaikh
Usamah menangis tatkala ada salah seorang bocah palestina dalam
demonstrasi menagih janji Syaikh Usamah.
Sebenarnya, cerita yang diungkapkan Syaikh Ayman tersebut secara lengkap terdapat dalam kitab Usyaqul Huur Ila Biladil Afrah
yang disusun oleh Syaikh Shalih Al Hami (Abu Qudamah). Kitab setebal
878 halaman yang diterbitkan 7 Maret 2007 (29 Shafar 1429 H) tersebut
memuat sebuah bab berjudul Qisshatun Abkat Al Qaid Asy Syaikh Usamah bin Ladin hatta Aghma ‘Alaih (Kisah tangis sang Pempimpin, Syaikh Usamah bin Ladin hingga ia pingsan), berikut inilah kisahnya.
“Aku
telah melihat kisah ini tersebar di salah satu forum jihad, namun aku
tak mengingat siapa yang menyebarkannya. Assalamu’alaikum warahmatullah
wa barakatuh, berikut ini adalah kisah yang membuat syaikh Usamah bin
Ladin menangis.
Suatu
hari beliau menyiapkan program-program jihad dan mempelajari tata
letaknya, tiba-tiba seorang pemuda menyodorkan kepadanya peralatan
computer jinjing (laptop) dan berkata “Wahai Syaikh! Kami ingin
memperlihatkan sesuatu kepada anda.”
Lalu si pemuda itu berkata, dan semuanya terdiam, melihat kepada apa yang dikatakan pemuda tadi. Beliau berkata: “Perlihatkanlah kepada kami.”
Namun seperti biasanya, beliau memiliki perasaan yang asing dengan
sesuatu yang baru dan mukanya mulai berubah. Kemudian pemuda tersebut
mulai menyiapkan laptopnya. Ketika pemuda tadi sedang membawanya dan
menyiapkannya, wajah Syaikh Usamah semakin berubah hingga laptop itu
betul-betul siap dipakai.
Pemuda
itu meng ‘klik’ file video dan volume suara yang dibesarkan. Ternyata
file pertama dalam video itu yang muncul adalah gambar seorang anak
kecil.
Dalam
video itu tergambar kemarahan anak kecil, yang menjadikan setiap orang
mukmin tersentuh hatinya. Anak kecil itu memakai kafayeh khas Palestina,
dan mengangkat gambar Bin Ladin yang muncul dalam rekaman video, dia
sedang mengacungkan tangannya ke gambar itu, anak kecil itu berkata
dengan suara yang keras sembari menangis yang membuat hati teriris-iris
dan berkata, “Dimanakah janjimu wahai Usamah?”
Kemudian ia mengulanginya: “Dimanakah janjimu wahai Usamah?”
Hingga Usamah pun menangis dan terdengar tangisan tersedu-sedu seperti
tangisan orang yang kehilangan sesuatu yang paling dicintai oleh
hatinya, lalu kami menghiburnya.
Dan beliau berkata dengan suara tinggi, “Apa yang engkau inginkan dari Usamah untuk berbuat, sungguh dunia sedang berkumpul untuk menangkapnya.”
Beliau
terus mengulanginya hingga jenggotnya basah terkena air matanya, lalu
kami menghiburnya dan kamipun menangis bersamanya hingga majlis itu
menjadi majlis ratapan, seperti seorang ibu yang meratapi kesakitan
karena anak satu-satunya hilang. Hingga kami marah terhadap ikhwan yang
menyodorkan film tadi, dan kami mencelanya dengan pandangan kami atas
apa yang dilakukannya kepada beliau. Tidak beberapa lama sampai Beliau
jatuh pingsan, kemudian beliau dibwa ke rumahnya.
Beliau
terus menangis dan jatuh sakit hingga tiga hari. Setiap dia terbangun
selalu teringat dengan gambar anak kecil yang menangis itu, kemudian dia
menangis lagi dan terdengar isak tangisnya.
Orang yang bercerita ini berkata: “Sungguh
kami tidak ingat kisah ini kecuali seperti kisahnya Umar yang sakit
karena membaca satu ayat atau sikap yang mempengaruhinya.” Wallahu a’lam.
Orang
yang bercerita ini adalah salah satu sahabat Usamah bin ladin yang
menemaninya di goa Tora Bora. Sungguh betapa baik dan lembutnya hati
Usamah, berapa banyak yang dipersembahkannya dari orang yang syahid dan
singa-singa yang mengharap di sisi Allah ta’ala untuk mengambil
pahalanya dan pahala mereka. Beliau benar-benar seorang komandan dan
pahlawan. Allah meninggikannya sampai ada orang-orang hasad dan membuat
orang membencinya marah.
Sungguh
alangkah bagusnya komandan dan bapak para syuhada. Inilah Usamah, lalu
siapa kalian wahai para thaghut jika kalian kumpulkan semua manusia.”
Sampai di sini kisah tersebut.

Syaikh Ayman menduga janji yang diucapkan Syaikh Usamah hingga membuatnya menangis adalah ucapannya yang sangat masyhur:
ألي إخواننا في فلسطين نقول لهم: إن دماء أبنائكم هي دماء أبنائنا وأن
دمائكم دمائنا فالدم الدم والهدم الهدم ونشهد الله العظيم أننا لن نخذلكم
حتى يتم النصر أو نذوق مما ذاق منه حمزة بن عبد المطلب رضي َ الله عنه
“kami
katakan kepada saudara-saudara kami di Palestina, sesungguhnya darah
anak-anak kalian adalah darah anak-anak kami, dan sesungguhnya darah
kalian adalah darah kami. Maka darah (dibalas dengan) darah, dan
penghancuran (dibalas dengan) penghancuran. Demi Allah, kami tidak akan
menelantarkan kalian hingga kemenangan terwujud atau kami merasakan apa
yang dirasakan oleh Hamzah bin ‘Abdul Muttholib –semoga Allah
meridhoinya-.”
Dari
keluhuran sikapnya itu, maka tak heran jika Asy Syahid Syaikh Abdullah
Azzam -rahimahullah- begitu memujinya lewat ucapannya yang disusun dalam
kitab Fi zhilali shuratit taubah:
وفي هذه المناسبة نرجو الله عز وجل أن يحفظ أخانا أبا عبد الله أسامة بن لادن, فهذا الرجل ما تفتحت عيناي على رجل مثله في الأرض أبدا
“Dan
pada kesempatan ini kita memohon kepada Allah Ta’ala agar menjaga
saudara kita, Abu Abdullah Usamah Bin Ladin; lelaki inilah, kedua mataku
tak pernah melihat lelaki semisal ini di seluruh dunia.”
Namun,
seluhur dan sehebat apa pun Syaikh Usamah bin Ladin tetaplah manusia
biasa. Allah Ta’ala ternyata lebih menyayanginya, tanzhim Qa’idatul
jihad pun mengkonfirmasi syahidnya Syaikh Usamah pada Ahad, 1 Mei 2011.
Persis
seperti peristiwa Syahidnya Imam Hasan Al Bana, rakyat Amerika bersorak
sorai, turun ke jalan-jalan meluapkan kegembiraannya atas kematian
Usamah bin Ladin.

Sesungguhnya,
euphoria rakyat Amerika ini merupakan bukti yang amat jelas mengenai
kebencian mereka terhadap mujahidin khususnya Syaikh Usamah bin Ladin.
Maka tak salah fatwa Syaikh Usamah yang pernah beliau sampaikan saat
diwawancara Taisir Ulwani, wartawan televisi Al Jazeera pada 21 Oktober
2001 M.
“Kami berjihad untuk kepentingan agamaNya. Kami berharap semoga Alloh menerima amal kami dan amal kalian.
Adapun
untuk kaum muslimin, saya katakan kepada mereka: Hendaknya mereka yakin
dengan pertolongan Alloh SWT. Dan hendaknya mereka menyambut perintah
Alloh SWT dan perintah RosulNya SAW, untuk berjihad melawan kekafiran
internasional. Karena demi Alloh, orang yang beruntung pada hari ini
adalah orang yang dipilih Alloh untuk mati syahid.
Orang
yang beruntung itu adalah orang yang diperkenankan untuk berdiri di
bawah bendera Muhammad SAW, di bawah bendera Islam, untuk berperang
melawan kaum salibis internasional. Hendaknya setiap orang maju untuk
membunuh orang-orang Yahudi dan orang-orang Amerika. Karena sesungguhnya
membunuh mereka itu termasuk kewajiban yang paling utama dan ibadah
yang paling besar.
Dan hendaknya mereka selalu ingat dengan ajaran Nabi SAW. Beliau SAW telah bersabda kepada Ibnu ‘Abbas ra yang masih kecil:
يَا
غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ
اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ
وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوِ
اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ، لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ
قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَلَوِ اجْتَمَعُوْا عَلىَ أَنْ يَضُرُّوْكَ،
لَمْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ إِلاَّ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ
اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
"Wahai
anak kecil, jagalah Alloh niscaya Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh
niscaya engkau dapatkan Alloh di hadapanmu. Apabila engkau meminta,
memintalah kepada Alloh. Dan apabila engkau meminta tolong, mintalah
tolong kepada Alloh. Dan ketahuilah, seandainya seluruh manusia
berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang
telah Alloh tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk
mencelakakanmu, mereka tidak akan dapat mencelakakanmu, mereka tidak
akan dapat mencelakakan kecuali dengan sesuatau yang telah Alloh
tetapkan untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering."
Maka
janganlah bermusyawarah dengan siapapun untuk membunuh orang Amerika.
Berjalanlah dengan ijin Allah, dan ingatlah janjiNya kepadaMu, untuk
menjadikanmu bersanding dengan Nabi yang paing baik (Muhammad) SAW,”
jelas Syaikh usamah dalam wawancara tersebut.
Meski
kematian Syaikh Usamah adalah pukulan bagi mujahidin, namun perjuangan
jihad ‘Sang Singa Islam’ abad ini tidaklah terhenti dengan kematian
beliau, seperti yang tertulis dalam forum jihad As Ansar untuk
mengobarkan kembali semangat jihad;
من كان يعبد اسامة فان اسامة قد مات ومن كان يجاهد لله فان الله حي لايموت
"Barang
siapa menyembah Usamah sesungguhnya Usamah telah mati dan barang siapa
berjihad di jalan Allah maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak
akan mati."

Sikap
para mujahidin yang terus mempertahankan semangat jihad ini pun tertuang
dalam rilis Al Fajr Media saat mengkonfirmasi Syahidnya Syaikh Usamah
bin Ladin.
“jika
cahaya Islam dan Jihad bisa padam dengan terbunuh atau meninggalnya
seseorang, niscaya cahaya tersebut akan lenyap sejak hari meninggalnya
pemimpin manusia Muhammad SAW sehingga banyak bangsa Arab yang murtad,
atau niscaya lembarannya akan dilipat sejak hari Amirul Mukminin Umar
bersimbah darah di mihrabnya, Utsman di hadapan mushhafnya dan Ali di
tengah jalan -semoga Alloh meridhoi mereka semua-.
Berapa…
dan berapa banyak Para Komandan yang berjalan diatas petunjuk mereka,
yang telah memenuhi bumi dengan penyebutan, penaklukan dan jihad mereka
baik di belahan timur maupun barat. Cahaya kebenaran tidak akan pernah
padam dengan kematian mereka ataupun berbaliknya para pengikut mereka
sepeninggal mereka.
Tetapi
sebaliknya, dengan terbunuhnya mereka, justru mereka semakin marah
terhadap para musuh dan akan terus melakukan aksi pembalasan, dan Panji
Kebenaran berada di tangan mereka seraya melantunkan firman Robb mereka :
مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ
فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا
بَدَّلُوا تَبْدِيلا
“Di
antara orang-orang beriman itu ada orang-orang yang berlaku jujur dengan
apa yang mereka janjikan kepada Alloh, maka diantara mereka ada yang
terbunuh dan diantara mereka juga ada pula yang menunggu dan mereka
tidak merubah janjinya. (QS. Al-Ahzab : 23)."
Semoga Allah Ta'ala terus melahirkan generasi-generasi seperti Usamah bin Ladin, yang berjihad dengan harta, jiwa dan lisannya.From:www.voa-islam.com
AZJAR.M.FARIS
0 komentar:
Posting Komentar