kajian ilmu falak banyak mendapat
perhatian dari para peneliti dan sejarawan. Regis Morlan (seorang
orientalis
Prancis, peneliti sejarah ilmu falak klasik) mengemukakan beberapa
factor di
antaranya: banyaknya ulama yang berkecimpung di bidang ini sepanjang
sejarah, banyaknya karya-karya yang dihasilkan, banyaknya
observatorium astronomi yang berdiri
sebagai akses dari banyaknya astronom serta karya-karya mereka,
banyaknya data observasi (pengamatan alami)
yang terdokumentasikan. Sementara itu Prof. Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman
(guru
besar ilmu falak di Institut Nasional Penelitian Astronomi dan
Geofisika,
Helwan - Mesir) mengatakan “astronomi adalah miniatur terhadap majunya
peradaban sebuah bangsa”.
Dalam perjalanan mulanya, peradaban India, Persia dan Yunani adalah peradaban yang punya kedudukan istimewa. Dari tiga peradaban inilah secara khusus muncul dan lahirnya peradaban falak Arab (Islam), disamping peradaban lainnya. Peradaban India adalah yang terkuat dalam pengaruhnya terhadap Islam (Arab). Buku astronomi ‘Sindhind’ punya pengaruh besar dalam perkembangan astronomi Arab (Islam), dengan puncaknya pada dinasti Abbasiah masa pemerintahan Al-Manshur, buku ini diringkas dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ibrahim al-Fazzârî adalah orang yang mendapat amanah untuk mengerjakan proyek ini, sekaligus juga ia melahirkan buku penjelas yang berjudul “as-Sind Hind al-Kabîr”.
Peradaban Persia memberi pengaruh signifikan dalam peradaban ilmu falak Islam, ditemukan cukup banyak istilah-istilah falak Persia yang terus dipakai dalam Islam hingga saat ini, seperti zij (epemiris) dan auj (aphelion). Buku astronomi berbahasa Persia yang banyak mendapat perhatian Arab (Islam) adalah 'Zij Syah' atau ‘Zij Syahryaran’ yang merupakan ephemiris (zij) yang masyhur di zamannya.
Sementara dari peradaban Yunani puncaknya dimotori oleh Cladius Ptolemaus (w. ± 160 M) yang dikenal dengan sistem "geosentris"nya. Gagasan astronomi Ptolemaus terekam dalam maha karyanya yang berjudul ‘Almagest’ atau ‘Tata Agung’ yang menjadi buku pedoman astronomi hingga berabad-abad sebelum runtuh oleh teori tata surya Ibn Syathir (w. 777 H) dan Copernicus.
Dalam melihat sejarah ilmu falak maka dapat diklasikasikan sebagai berikut:
Dalam perjalanan mulanya, peradaban India, Persia dan Yunani adalah peradaban yang punya kedudukan istimewa. Dari tiga peradaban inilah secara khusus muncul dan lahirnya peradaban falak Arab (Islam), disamping peradaban lainnya. Peradaban India adalah yang terkuat dalam pengaruhnya terhadap Islam (Arab). Buku astronomi ‘Sindhind’ punya pengaruh besar dalam perkembangan astronomi Arab (Islam), dengan puncaknya pada dinasti Abbasiah masa pemerintahan Al-Manshur, buku ini diringkas dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ibrahim al-Fazzârî adalah orang yang mendapat amanah untuk mengerjakan proyek ini, sekaligus juga ia melahirkan buku penjelas yang berjudul “as-Sind Hind al-Kabîr”.
Peradaban Persia memberi pengaruh signifikan dalam peradaban ilmu falak Islam, ditemukan cukup banyak istilah-istilah falak Persia yang terus dipakai dalam Islam hingga saat ini, seperti zij (epemiris) dan auj (aphelion). Buku astronomi berbahasa Persia yang banyak mendapat perhatian Arab (Islam) adalah 'Zij Syah' atau ‘Zij Syahryaran’ yang merupakan ephemiris (zij) yang masyhur di zamannya.
Sementara dari peradaban Yunani puncaknya dimotori oleh Cladius Ptolemaus (w. ± 160 M) yang dikenal dengan sistem "geosentris"nya. Gagasan astronomi Ptolemaus terekam dalam maha karyanya yang berjudul ‘Almagest’ atau ‘Tata Agung’ yang menjadi buku pedoman astronomi hingga berabad-abad sebelum runtuh oleh teori tata surya Ibn Syathir (w. 777 H) dan Copernicus.
Dalam melihat sejarah ilmu falak maka dapat diklasikasikan sebagai berikut:
1. Ilmu falak
sebelum islam
Waktu dulu manusia pada pada umumnya manusia memahami seluk
beluk alam semesta hanyalah seperti apa yg mereka lihat, bahkan sering di
tambah dengan macam-macam tahayul yang bersifat fantastis. Menurut mereka, bumi
merupakan pusat alam semesta. Setiap hari, matahari,bulan, dan
bintang-bintangdengan sangat tertib mengelilinhi bumi.
Sekalipun
demikian,ada di antar mereka yang memahami alam raya ini dengan akal rasiaonya.
Para ilmuan yang ada pada saat itu,salah satunya adalah: Aristoteles, dia
berpendapat bahwa pusat jagad raya adalah bumi sedangkan bumi dalam keadaan
tenang, tidak bergrak dan tiddak berputar. Semua gerak benda-benda angkasa
mengitari bumi. Lintasan masing-masing benda angkasa berbentuk lingkaran.
Sedangkan peristiwa gerhana misalnya tidak lagi di pandang sebagai adanya
raksasa penelan bulan, melainkan merupakan peristiwa alam.
Pandangan
manusia terhadap jagad raya mulai saat itu umumnya mengikuti ppandangan
aritoteles yaitu: GEOSENTRIS yakni bumi
sebagai pusat peredaran benda-benda langit.
2. ilmu falak dalam
peradaban islam
sekitar tiga ratus tahun setelah wafatnya nabi muahamad saw.negara-negara
islam telah memiliki kkebudayaan dan pengetahuan tinggi. Banyak sekali ilmuan
muslim bemunculan dengan hasil karyannya yang gemilang.
Pada thn
773 M, seorang pengembara india menyerahkan sebuah buku data astronomis
berjudul “Sindbind” atau “Sidbanta” kepada kerajaan islam di Baghdad. Oleh
khalifah Abu ja’far al-mansur, di perintahkan agar buku itu di terjemahkan
kedalam bahasa arab. Perintah ini di lakukan oleh Muhammad Ibn Ibrahim
al-Fazari. Atas usahanya inilah Al-Fazari dikenal sebagai ahli ilmu falaq yang
pertama di dunia islam.
Di
samping itu, Al-khawarismi menemukan bahwa zodiak atau ekliptika itu miring
sebesar 23.5 derajat terhadap ekuator, serta memperbaiki data astronomis yang
ada pada buku terjemahan sindhind.
Dua buah
buku karyanya adalah al-muksbtasbar fihisabil jabrwal muqabalah dan suratul
ardl merupakn buku pennting dalam bidang ilmu falak,sehingga banyak di ikuti
oleh para ahli ilmu falak berikutnya.
Selain para tokoh di atas, ulugh bek
ahli astronomi asal iskandaria dengan observatoriumnya berhasil menyusun table
data astronomi yang banyak di gunakan
pada perkembangan ilmu falak masa-masa selanjutnya.
Hal
demikian inilah yang menyebabkan istilah-istilah astronomi yang berkembang
sekarang ini banyak menggunakan bahasa arab, misalnya nadir,mintaqotul buruj
dan lain sebagainya.
Sekalipun
ilmu falak dalam perdaban islam sedah cukup maju, namun yang patut di catat
adalah bahwa pandangan terhadp alam masih mengikuti pandangan aritoteles yaitu
geosentris .
3. Ilmu falak dalam
peradaban Eropa
Pada masa Negara-negara islam mencapai kejayaannya,bangsa eropa masih berada pada ketertinggalan,bangsa eropa mulai tertarik pada ilmu pengetahuan seperti yang telah di pelajari orang-orang islam yang sudah demikian tinggi serta penemuan-penemuan di berbagai cabang ilmu pengetahuan,pendapat-pendapat ilmuan muslim mulai di tentang oleh aliran muslim kolot.
Seentara
itu,bangsa eropa mulai maju kea rah kebudayaan yang kian mrninggu.mereka
mempelajari semua peninggalan kebudayaan bangsa arab yang talah runtuh dari
kajayaannya mereka mengambil manfaat dari sejarah yg telah di capai bangsa arab
mereka menginginkan kebangsaan yang jaya dan pemimpin dunia.
Untuk
mencapai tujuan ini antara lain yang di lakukan adalah menterjemahkan buku-buku
ilmu falak kedalam bahasa eropa misalnya, buku Almukhtashar fi Hisabil
jabrwal muqabalah karya al-khawarijmi di
terjemahkan kedalam bahasa latin oleh grard
dari Cremona.ilmuan eropa pada decade ini adalah Galilei Galileo
(1564-1642 M),Nicolas Copernikus (143-1543 M) dan lain-lain.
4. Ilmu Falak Di
Indonesia
a.
Ilmu falak pada awal perkembangan di Indonesia
Sejak adanya penanggalan Hindu dan penanggalan Islam di
Indonesia,khususnya di Pulau Jawa serta adanya penanggalan Jawa Islam oleh
Sultan Agung, sebenarnya bangsa indonesias sudah mengenal ilmu falak.
Kemudian
seiring dengan kembalinya para ulama’ muda ke Indonesia dari bermukim di makah
pada awal abad 20 M, ilmu falak mulai tumbuh dam berkembang di tanah air ini,
mereka mengajarkannya kepada santrinya di Indonesia.
Di
antaranya adalah Syeh Abdurahman bin Ahmad al-misri ulama’ muda yang belajar kepadanya adalah
Ahmad dahlan as-Simarani dan kemudian mereka ajarkan lagi kepada santrinya dan
seterusnya.
b.
Ilmu Falak Pada Perkembangan Baru
dengan
berkembangnya ilmu falak di Indonesia dan juga para ahli ilmu Falak banyak
sekali buku-buku ilmu falak dengan karya-Karyanya Antara lain Adalah Sebagai
Berikut:
1.
Abdul faqih (Demak ),karyanya “Al-Kutub Falakiyah”
2.
Abdul falah ( Gresik) , karyanya “ Muzakarotul
Hisab”
3.
Abdul badawi (Yogyakarta) , karyanya “ Hisab
hakiki”
c. Ilmu Falak Pada
Perkembangan Lanjut
d. Ilmu Falak Pada
Computer
Pada zaman sekarang ini muncualah program-program software yang menyiapkan
sekaligus melakukan perhitungan , sehingga program ini di rasa lebih praktis
dan lebih mudah bagi pemakainya. Program ini misalnya “Mawaqit” yang di
program oleh ICMI Korwil Belanda pada tahun 1993, program “Falakiyah Najmi” oleh
Nuril Fuad pada tahun 1995, program “Astinfo” oleh jurusan jurusan MIPA
ITB Bandug tahun 1996. Dan masih banyak lagi lainnya.
C. Kegunaan Ilmu
Falak
Dalam penggunaan praktis, ilmu falak merupakan ilmu yang
mempelajari tata lintas pergerakan bulan dan matahari dalam orbitnya secara
sistematis dan ilmiah demi kepentingan manusia. Ibn Khaldun (w. 808 H) dalam
“Muqaddimah”nya mendefinisikan ilmu ini sebagai ilmu yang membahas tentang
pergerakan bintang-bintang (planet-planet) yang tetap, bergerak dan
gumpalan-gumpalan awan yang berhamburan. Makna yang hampir sama juga
dikemukakan al-Khawarizmi (w. 387 H) dalam ‘Mafatih al-‘Ulmu’nya.
Ilmu falak sebagai ilmu yang mempelajari benda-benda angkasa selalu dibutuhkan oleh manusia. Dari penelaahan berbagai benda-benda angkasa ini manusia dapat mengetahui dan memanfaatkan banyak hal. Ilmu ini selalu ada dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia dan selalu dibicarakan orang disetiap waktu dan zaman. Hal demikian mengingat betapa penting dan menariknya ilmu ini. Mengamati langit, yang merupakan kegiatan utama ilmu falak adalah aktifitas pengamatan benda-benda angkasa alamiah ciptaan Allah Swt yang selalu berubah dan bergerak serta menawarkan berbagai tantangan bagi para pengamatnya. Dahulu, dan hingga kini, langit atau angkasa merupakan obyek wisata yang menarik dan banyak digemari manusia.
Obyek pembahasan utama ilmu falak syar'i dalam Islam adalah fenomena bulan dan matahari. Fenomena alamiah dari dua benda angkasa ini menjadi wasilah kebolehan dan batas waktu ibadah seorang muslim seperti batas waktu salat, puasa dan kiblat yang diperkuat oleh berbagai nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Pembahasan falak syar’î secara garis besar meliputi empat hal: (1) penetapan awal-awal bulan kamariah, (2) penetapan waktu-waktu salat, (3) penentuan arah dan bayang kiblat, dan (4) penentuan terjadinya gerhana (baik gerhana matahari maupun gerhana bulan).
Ilmu falak sebagai ilmu yang mempelajari benda-benda angkasa selalu dibutuhkan oleh manusia. Dari penelaahan berbagai benda-benda angkasa ini manusia dapat mengetahui dan memanfaatkan banyak hal. Ilmu ini selalu ada dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia dan selalu dibicarakan orang disetiap waktu dan zaman. Hal demikian mengingat betapa penting dan menariknya ilmu ini. Mengamati langit, yang merupakan kegiatan utama ilmu falak adalah aktifitas pengamatan benda-benda angkasa alamiah ciptaan Allah Swt yang selalu berubah dan bergerak serta menawarkan berbagai tantangan bagi para pengamatnya. Dahulu, dan hingga kini, langit atau angkasa merupakan obyek wisata yang menarik dan banyak digemari manusia.
Obyek pembahasan utama ilmu falak syar'i dalam Islam adalah fenomena bulan dan matahari. Fenomena alamiah dari dua benda angkasa ini menjadi wasilah kebolehan dan batas waktu ibadah seorang muslim seperti batas waktu salat, puasa dan kiblat yang diperkuat oleh berbagai nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Pembahasan falak syar’î secara garis besar meliputi empat hal: (1) penetapan awal-awal bulan kamariah, (2) penetapan waktu-waktu salat, (3) penentuan arah dan bayang kiblat, dan (4) penentuan terjadinya gerhana (baik gerhana matahari maupun gerhana bulan).
III.
KESIMPULAN
Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Karena
dengan ilmu falak orang dapat memastikan kemana arah kiblat suatu tempat di
permukaan bumi.dengan ilmu falak pula orang dapat memastikan awal waktu shalat.
Ilmu falak juga mempermudah orang yang rukyatul hilal dapat mengetahui di mana
posisi hilal berada.dengan demikian, ilmu hisab mempunyai peran yang sangat
penting dalam pelaksanaan ibadah umat islam.
0 komentar:
Posting Komentar