Oleh: Hadi Nur Ramadhan[1]
Pemimpin
memimpin, pengikut mengikuti, Artinya, cirri-ciri seorang pemimpin yang tidak
punya kemampuan memimpin dengan baik, adalah tidak diikuti pengikutnya dengan
benar. Tidak setiap pemimpin punya kemampuan memimpin. Tidak setiap kedudukan
sebagai pemimpin punya kemampuan memimpin. Kepemimpinan adalah pengaruh.
Semakin kuat kepemimpinan seseorang dalam -hal apapun- maka pengaruhnya akan
sangat kuat. Dengan kata lain, kunci
utama dari kepemimpinan adalah kredibilitas seseorang. Jika seseorang dianggap
kredibel, maka masyarakat akan punya komitmen untuk mengikuti, mendukung,
bahkan melakukan pengorbanan untuk mencapai tujuan sang pemimpin.
Sesungguhnya,
bangsa kita teramat beruntung. Karena kita sudah mengalami empat kali
pergantian Presiden, dengan aneka pelajaran dan hikmah yang bisa diambil, Dan,
sepatutnya semua ini membuat kita selaku Muslim menjadi sangat siap diri untuk
menjadi pemimpin yang bermutu, dalm skala apapun.
Kalau
kita kaji kepemimpinan Rasulullah Saw, maka, gelar awal belia yang monumental
dan menjadi pilar kekuatan risalah adalah al-Amin. Yakni, seorang yang sangat
terpercaya. Sehingga, gerak gerik maupun tutur katanya senantiasa menjadi
kekuatan penggerak yang kebenarannnya diyakini dengan sepenuh hati oleh
umatnya, dan efektiflah kepemim pinannya.
Kalau
kita lihat kepemimpinan yang dijatuhkan oleh masyarakatnya sendiri, terlihat
bahwa setidaknya pilar al-Amin inilah yang tidak terpenuhi. Pertama,
adalah kejujuran yang terbukti dan teruji. Siapapun pemimpin yang diragukan
kejujurannya yang berucap dan bertindak, tidak punya keberanian untuk melakukan
transparansi dalam menggunakan keuangan, bahkan tidak jujur dengan kemampuannya
sendiri, ini tentu akan merontokan kredibilitasnya.
Kedua,
kecakapan atau profesionalisme. Semakin
tidak cakap, semakin tidsak puas.
Prestasinya buruk. Kesalahan berulang, sehingga masyarakat tidak tersejahterakan, akibat kinerja jauh
dari memuaskan. Maka, akan semakin turunlah kredibilitasnya.
Ketiga,
kemampuan untuk berubah/berinovasi. Tercerahkan dengan aneka informasi dan
pendidikan yang semakin memperkaya khazanah intelektual, ruhiyah, maupun
wawasan keilmuan. Kalau tidak dibarengi dengan hadirnya pemimpin yang
bersungguh-sungguh untuk terus melakukan
perubahan dirinya, dan bahkan tak pun ya kesiapan untuk mengantisifasi
perubahan itu, maka pemimpin seperti itu alamat akan dijatuhkan oleh perubahan
yang ada. Dan kenyataannya, bangsa kita telah mengalaminya.
Karena
itu, andai kita ingin melihat Islam Berjaya dalam memimpin bangsa Ini, maka
pertanyaan yang harus kita tujukan keapada diri kita, adalah apakah kita
benar-benar menjadi orang yang terpercaya atau tidak? Adakah kita benar-benar
menjadi orang yang berani untuk jujur, sehingga setiap patah kata kita tidak
diragukan kebenarannya oleh siapapun yang mendengarkannya? Janji kita
meyakinkan orang, bahwa pasti akan
ditepati. Dan, kita berani tampil apa adanya, mengatakan tidak tahu jika kita
memang tidak tahu, kita berani transparan. Tak pernah punya kasus yang
berkaitan dengan keuangan. Bersih.
Pertanyaan
kedua kepada diri kita adalah apakah dalam melaksanakan tugas kita benar-benar
cakap dan memuaskan? Atau kita amat lamban dan mengecewakan? Lalu, berapa
banyak orang yang terpuaskan dengan prestasi kita? Lalu, berapa banyak orang yang terpuruk karena
kecewa dengan kinerja kita, walaupun kita seorang yang jujur?
Pertanyaan
ketiga, apakah kita terus menerus belajar dengan gigih untuk mengimpovisasi
diri kita? Sehingga, tiada hari kecuali
semakin bertambah wawasan. Semakin matang kepribadian kita. Karena,
kelambanan kita dalam mengubah diri kita akan membuat kita digulung dan
dilumpuhkan oleh kecepatan perubahan yang pasti terjadi. Semuanya berpulang
kepada kita. Pemimpin Islam tidak bisa diharapkan dari orang lain, tetapi hanya
bisa diharapkan dari diri kita.
Mudah-mudahan
kita bisa memimpin diri kita sendiri dengan baik. Lalu, memimpin keluarga kita,
dan mudah-mudahan jika setiap pribadi Muslim terampil memimpin dirinya sendiri,
maka akan lahirlah generasi baru umat yang punya karakter atau jiwa
kepemimpinan. Dan, Allah-lah yang menentukan siapa yang terbaik diantara yang
gigih memperbaiki diri. Selamat berjuang, saudara-saudaraku. Hanya orang yang
bisa memimpin dirinyalah yang akan memimpin umat ini dengan baik dijalan Allah
yang Maha Gagah dan Maha Perkasa. Wallahu A’lam bish-Shawwab.
[1] . Penulis adalah Ketua Rijalul Ghad (RG) Pesantren Persatuan
Islam no 112 Bogor.
Masa Jihad 2007.
0 komentar:
Posting Komentar