>

Sejarah Komik

S
ebetulnya, komik telah hidup sudah lama,bahkan sebelum republik ini merdeka. Tepatnya 1 Pebruari 1939 di sebuah mingguan Ratu Timoer, komik tersebut berjudul Mencari Poetri Hijaoe karya Nasrun A. Bahkan di sebuah koran milik orang-orang Tionghoa perantauan Sin PO telah lebih dulu terbit cerita Put On karya Kho wang Gie tahun 1931. Nama lain selain dua nama di atas adalah Abdus Salam yang sering kali menceritakan kisah-kisah perjuangan kemerdekaan dalam bahasa gambar. Cerita-ceritanya yang telah di terbitkan seperti kisah Pendudukan Djogdja dan Pemberontakan Pangeran Diponegoro.
Nama-nama diatas adalah pelopor dunia gambar cerita alias komik di Indonesia sampai pada awal tahun 60-an. Tapi setelah tahun itu komikus-komikus nasional bak terdesak dengan banjirnya komik asing yang menyerbu pasar Indonesia. Sebut saja komik Superman, Flash Gordon, Prince Valiant dan tarzan mulai menggempur domestik.
Tapi sebelum kedatangan komik-komik asing itu nggak membunuh daya kreativitas para komikus kita kok. Justru para komikus jadi teramgsang untuk memacu kreativitasnya. Sebut saja RA. Kosasih, Jhon Lo, Khong Ong, S. Ardi Soma dan Kwik Ing Ho, adalah nama – nama baru yang muncul memenuhi dunia komik Indonesia.
            Tahun 70-an juga bisa dikatakan tahun milik komikus Indonesia. Jan Mintaraga dengan skets – skets gambarnya yang selalu bersosok orang Indo menjadi trend kala itu. Kemudian Teguh Santoso, Ganes ATH, Djair Hasmi dan Wid NS adalah nama – nama angkatan 70-an yang memgang kendali penuh dunia komik kita.
            Kalau kalian sempat melihat pameran komik yang baru – baru digelar di Galeri Nasional, Jakarta, kamu pasti ketawa sendiri deh. Pasalnya hasil gambar mereka itu kesannya kuno – kuno dabn unik, ngggak seprti sekarang yang posmo. Lihat saja gambar Voltron yang luar angkasa abis, sosoknya beda banget dengan gambar Jaka Sembung atau Si Buta yang dijadikan komik pada waktu dulu.
            Nah pada tahun 80-an lah dunia komik nasional mendadak menjadi suram. Kalau kamu tahu, pada tahun – tahun itu muncul film animasi di TVRI yang masih hitam putih, judulnya Si Huma. Ceritanya klise banget, cerita Si Humatidak menarik. Sedangkan komikus yang lainnya kalau masih ingin laku ya terpaksa meniru komik – komik asing yang membanjiri tanah air. Pendeknya hampir bisa dikata tak ada komik Indonesia yang jago tahun segitu.    
            Tapi menginjak tahun 90-an para komikus kota seperti bangkit dari tidur panjangnya. Komikus – komikus muda bangkit dengan terobosan – terobosan baru yang tak kalah dahsyatnya dibanding komik import. Bahkan tanah berjamuran, dengan modal ala kadarnya dan kertas seadanya mereka menerbitkan komik – komik bawah tanah ada di Bandung serta Jogjakarta.
            Saking menjamurnya sampai – sampai mereka punya samboyan perjuangan. “Support You8r Local Underground Comic Movement”, tertarik? boleh gabung asal nggak keluar dari jalur moral moral. Selamat berkarya. .  
                                                                                            Oleh: Hadi Nur Ramaddhan



























Penulis : RG-UG112 ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel ini dipublish oleh RG-UG112 pada hari Selasa, 06 Maret 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan
 

0 komentar: