>

Serial kisah para komandan Jihad: Pengalamanku bersama Abu Mush’ab az-Zarqawi

(Arrahmah.com) – Dalam kisah kedua, komandan Saiful Adl mengisahkan dua tahun pekerjaan Abu Mush’ab az-Zarqawi memimpin kamp pelatihan militer di Herat dan membentuk kelompok mujahidin dari Yordania, Lebanon, Palestina, Suriah, dan Turki. Kali ini, Saiful Adl mengisahkan perjuangan Abu Mush’ab az-Zarqawi dan kelompok jihadnya menjelang, ketika, dan setelah terjadinya serangan 11 September 2001.
***
Sekarang, kita beralih ke tema tentang penyerangan 11 September dan target-target yang dicanangkan oleh Al-Qa’eda.

Target-target serangan 11 September
Waktu itu, kita di Tanzhim Al-Qa’eda sudah menyempurnakan persiapan untuk melakukan serangan besar.
Target yang kami ingin capai adalah berikut ini:
  1. Sejak Amerika Serikat melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Inggris pada 200 tahun lebih, sejak itu Amerika melebarkan sayap jajahannya ke berbagai penjuru dunia. Bangsa ini memperlakukan orang-orang selain bangsanya secara zalim dan kejam. Mereka mengambil dan merampas hasil-hasil kekayaan bangsa lain. Mungkin sebagian kita tidak percaya kalau kami kemukakan bukti, bahwa tahun 1817 saja, Amerika sudah mulai berangkat untuk menjajah Aljazair. Namun, para mujahidin dan pelaut-pelaut tangguh dari Arab yang gagah berani menghadang mereka di Laut Tengah. Waktu itu, Barat menganggap aksi ini adalah aksi bajak laut. Setelah terjadi pertempuran selama tiga bulan lebih tanpa henti, mujahidin berhasil mengalahkan penjajah Amerika.
Sejak serangan Amerika ini, program penjajahan Amerika yang disetujui dalam Konggres negara-negara Eropa II di Wina tahun 1815, dijalankan. Sejak itulah, Amerika Serikat benar-benar mengerahkan segala kekuatannya untuk menyerang umat Islam, dengan tujuan menghinakannya, menguasai hasil bumi dan sumber dayanya. Hal yang sama juga dialami oleh bangsa-bangsa lemah di dunia. Seabad lalu, kita saksikan bersama dalam sejarah, Amerika berusaha menguasai China, Korea, dan Vietnam. Mereka juga menjajah bangsa-bangsa Afrika dan Amerika Latin. Tujuannya jelas, sebuah serangan brutal di siang bolong. Penjajahan yang terilhami oleh berbagai kepentingan tersembunyi dan selalu dikaburkan. Betapa banyak negara dan pemerintahan yang diruntuhkan oleh Amerika. Masih jelas dalam ingatan kita kejadian di Yugoslavia. Amerika juga menjadi aktor dibalik pembunuhan pemimpin-pemimpin negara yang menentangnya. Mereka benar-benar menggunakan berbagai cara untuk mencapai kepentingannya. Di sisi lain, tidak ada satu negara atau bangsa pun yang berani melancarkan pembalasan kepada Amerika di tanah airnya sendiri. Akibatnya, kesombongan dan rasa tinggi hati bangsa ini semakin menjadi-jadi.
Kesombongan inilah yang kemudian oleh mereka dijadikan alat untuk melancarkan perang urat saraf, semakin membara sajalah tirani dan kezaliman mereka. Klimaksnya, mereka sudah tidak lagi menganggap eksistensi negara lain.
Melihat fenomena inilah, target utama kami adalah memukul “kepala ular” di negerinya sendiri, untuk meruntuhkan arogansi dan kesombongan mereka. Sekian persen dari target utama ini tercapai atas izin Allah, alhamdulillah. Kalau saja di masa mendatang Allah takdirkan serangan-serangan kami sukses seperti serangan terhadap gedung menara kembar (WTC), dunia pasti akan merasakakn angin perubahan cepat. Wallahu A’lam.
  1. Target kedua adalah, melahirkan kepemimpinan dunia yang baru dan lebih baik untuk mengatur tatanan dunia internasional yang hari ini tunduk dibawah persekongkolan Zionis-Salibis. Karena menurut kami, hanya kaum muslimin yang tulus ikhlas sajalah yang bisa memimpin ummat manusia dengan baik, sekaligus mengeluarkan mereka dari kegelapan, penjajahan dan kekejaman yang dilakukan persekongkolan Zionis-Salibis ini. ketika umat Islam dan kaum tertindas lainnya melihat, ternyata ada orang-orang yang berani menghadapi persekongkolan jahat ini, dan orang-orang ini memiliki kemampuan cukup terjamin dan teruji, saat itulah kekuatan baru ini akan mengambil alih kepemimpinan umat manusia dengan cara yang lebih baik, yang akan melawan semua kekuatan jahat, zalim dan kejam.
Kaedah dan sunnah baku bagi kita adalah, yang benar akan datang dan yang bathil akan lenyap.
Sesungguhnya kebathilan itu pasti akan lenyap. Kita harus ingat selalu, bahwa kebenaran bangkit melawan kebathilan, kebenaran pasti menjadi fihak yang menang. Baik dalam waktu yang singkat maupun panjang.
Semboyan kami dalam melaksanakan urusan ini adalah perkataan sahabat Rib’iy bin Amir dalam kancah perang Qodisiyah, ketika komandan pasukan Persi, Rustum, menanyakan kepadanya alasan mengapa umat Islam datang kemari. Beliau mengatakan, “Allah telah mengirim kami untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan terhadap sesama manusia, menuju peribadatan kepada Allah, tuhan semua hamba. Dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam. Dari sempitnya dunia, menuju lapangnya dunia dan akhirat.”
Karena, orang yang bebas dan memiliki harga diri, tidak akan rela dirinya dizalimi, demikian juga jika kezaliman itu menimpa keluarga dan umat manusia seluruhnya. Lantas, bagaimana mungkin kami akan mendiamkan kezaliman terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang begitu terang-terangan ini. Mengingat bahwa tujuan kami adalah melahirkan kepemimpinan Islam yang jujur, ikhlas dan lebih baik, maka ini memerlukan pernyataan seluruh potensi umat, membangunkan semangat mereka dan menyadarkan orang-orang tertindas di seluruh dunia, untuk menghadapi “Setan gurita” yang tergabung dalam persengkongkolan jahat ini. Kami ingin melahirkan kepemimpinan yang mengatakan sesuai dengan keyakinannya dan mempraktekkan kata-katanya, tidak takut – karena Allah – terhadap celaan para pencela, maju terus mengejar cita-citanya tanpa bisa dihentikan, selain takdir dan ketentuan Allah. Dan Alhamdulillah keteguhan ini telah terwujud.
  1. Target kami yang ketiga, sekaligus terakhir, adalah: memancing si “ular” keluar dari sarangnya. Agar pada giliran berikutnya serangan-serangan terhadapnya semakin terarah secara bertubi-tubi, yang akan menjadikan ular ini lemah dan pecah konsentrasinya. Harapan berikutnya, kami bisa meraih lebih banyak lagi simpati dari hati umat ini dan bangsa-bangsa tertindas. Sebab orang yang menerima serangan menyakitkan di kepalanya dari musuh yang terproteksi dengan baik serta tidak jelas ciri-cirinya, maka balasannya akan sekenanya saja dan tidak terarah. Ini akan memaksanya untuk melancarkan serangan-serangan yang tak terarah, sekaligus menjatuhkannya dalam jurang marabahaya, bahkan tak mustahil bisa membunuhnya. Dan benar saja, inilah yang terjadi. Terjadilah serangan balik Amerika terhadap Afghanistan, diikuti dengan agresi ke Irak. Mungkin saja kesalahan-kesalahan akan sering terjadi dari pihak mereka, dan insya Allah mereka akan terus melakukan serangan yang tidak terarah dengan matang.
Invasi Amerika ke Iraq 2003
Balasan seperti ini diarahkan oleh Amerika dan sekutu-sekutunya ke arah umat Islam yang tengah lelap tertidur sejak kurang lebih dua abad lamanya. Karena mereka telah dipukul di kepala dan organ vital tubuhnya. Pukulan ini akan terus meningkat dengan izin Allah, agar umat ini terbangun dari tidurnya dan sadar dari kelalaiannya. Rugilah Amerika dan Inggris serta siapa saja yang loyal kepada keduanya, ketiak umat ini terbangun.
Karena tujuan kami adalah memancing Amerika agar keluar dari “sarangnya” dan melancarkan serangan-serangan besar ke arah umat kita yang sudah tidak memiliki eksistensi ini, - sebab tanpa adanya serangan dari musuh seperti Amerika ini, sulit diharapkan umat ini akan bangun -, maka senjata utama kami untuk mengalahkan musuh adalah kekuatan umat secara menyeluruh, dengan melibatkan semua potensi dan kemampuan mereka baik kemampuan materi maupun moral.
Hari ini, kita sudah memiliki sistem kepemimpinan yang memiliki kejelian, keikhlasan, dan pengalaman yang telah teruji. Demikianlah juga dengan umat Islam, sudah mulai sedikit demi sedikit terbangun dari tidurnya. Dan Amerika telah merasakan apa yang tidak mereka harapkan, demikian juga dengan sekutu dan boneka-bonekanya.

Tadinya Abu Mush’ab tidak tahu menahu dengan rencana serangan 11 September:
Demikian juga target serangannya. Beliau tidak tahu menahu. Maka kami jelaskan target-target kami kepada beliau dengan baik. Kami paparkan point-point penting pada setiap target ke depan secara berkala, dan kemungkinan Amerika akan melancarkan aksi balas. Kami memprediksi, serangan kali ini hanya mampu memenuhi 20 % target yang kami canangkan. Tapi 20 % ini sudah cukup untuk memancing Amerika untuk melancarkan serangan balasan seperti yang sudah kita perkirakan.
Dan terjadilah apa yang terjadi. Dua bulan pasca serangan 11 September, mereka mengeluarkan ancaman untuk memberantas habis Al-Qa’eda di seluruh dunia. Dengan optimis, mereka menyatakan akan mampu mematikan jihad Islam dan menangkapi mujahidin dimanapun berada. Mulai… Amerika mulai ngawur dalam berbicara dan melakukan tindakan. Dan terjadilah apa yang telah kami perkirakan dan rencanakan sebelumnya. Dengan diproklamirkannya “Perang Salib” oleh Bush Jr melawan Islam dan kaum muslimin dimana-mana. Perang salib yang telah berlangsung sejak lama, dan belum berakhir dengan kemenangan komandan Shalahuddin al-Ayyubi atas Richard itu, menyisakan banyak sekali pengalaman dan pengajaran ke depan yang banyak. Kedunguan dan arogansi Bush dalam melontarkan kata-katanya sendiri, merupakan kemenangan tersendiri bagi kami.
Kita kembali kepada Akhi Abu Mush’ab. Mulailah beliau tinggal di Kandahar, sehingga bisa lebih sering menyertai kami dari pada ketika beliau masih berada di Herat. Di sinilah beliau menerima banyak sekali pelajaran sekaligus memberikan andil besar dalam menjalankan perang global antara kebenaran melawan kebathilan internasional. Kebenaran diwakili oleh pengikut para Rasulullah SAW dan pengemban risalah dari langit. Sedangkan kebathilan diwakili para pengikut setan dan risalah langit yang telah diselewengkan serta diputar balikkan menurut hawa nafsu segelintir manusia; yang mengedepankan kepentingan pribadinya, walaupun kepentingan itu harus mengorbankan orang lain.
Serangan Amerika ke Afghanistan terjadi akhir tahun 2001. Ketika itu Abu Mush’ab kembali ke Herat dengan pertimbangan agar lebih dekat dengan rekan-rekan dan anggota jama’ahnya. Kami tidak memiliki langkah yang terencana untuk melakukan perlawanan terhadap musuh. Sementara itu kota Herat adalah titik yang sudah lama diincar kaum Syiah, sebab kota ini termasuk bagian terpenting bagi mereka. Kamp-kamp latihan, gudang-gudang logistik dan senjata milik Taliban di sini dibuat luluh lantak oleh musuh. Maka dengan segera, kelompok oposisi Taliban dan kaum Syi’ah datang ke kota ini dan menguasainya. Tidak ada pilihan bagi para pemuda, baik yang dari Al-Qa’eda, Taliban maupun jama’ah Abu Mush’ab selain mundur dengan segera dan bergabung dengan kami di daerah-daerah timur Afghanistan. Sebelum Abu Mush’ab dan teman-temannya keluar dari sana, beberapa anggotanya tertangkap dan menjadi tawanan kaum Syiah dan pasukan oposisi. Abu Mush’ab terus berusaha untuk membebaskan mereka. Tetapi, nampaknya pembebasan bisa dibilang sangat mustahil. Akhirnya, beliau mengumpulkan 25 pasukannya. Setelah bersama-sama melakukan sholat hajat dua raka’at, beliau bersama ke-25 pasukannya ini menyerang tempat dimana teman-temannya ditawan. Serangan ini mendadak, sehingga cukup merepotkan para penjaganya. Serangan yang sungguh sangat gencar dan mematikan, karena para pelakunya hanya mengingkan dua pilihan: membebaskan teman-temannya atau mati karena itu.
Alhasil, para penjaganya kabur, semua ikhwah di sana berhasil diselamatkan tanpa adanya kerugian berarti di pihak beliau. Ini menunjukkan kamp latihan Abu Mush’ab yang berdiri hanya dua tahun itu telah berhasil melahirkan perwira-perwira yang siap berkorban apapun demi mempertahankan prinsipnya dan melindungi saudara-saudaranya. Mereka rela melakukannya, walau harus berhadapan dengan marabahaya. Begitu selesai, Abu Mush’ab dan pengikutnya bersiap keluar dari Herat. Akhirnya mereka berhasil keluar dari sana, mereka keluar dengan menggunakan 135 mobil. Sebab di dalamnya terdiri dari ikhwan-ikhwan Arab anggota Al-Qa’eda setempat dan juga ikhwan dari milisi Taliban.
Jarak perjalanan menuju Kandahar cukup jauh. Sementara pesawat-pesawat musuh terus mengejar dan berpatroli di udara Afghanistan. Tetapi Alhamdulillah, rombongan berhasil sampai di Kandahar dengan selamat.
Tadinya kami memutuskan untuk mempertahankan Kandahar, apapun hasilnya nanti. Maka kami mulai mengungsikan istri-istri dan anak-anak dari ikhwan Arab, dengan mengirim mereka ke Pakistan. Kemudian kami bersiap untuk melakukan perlawanan.
Suatu hari, ada perkumpulan ikhwah-ikhwah yang kami anggap penting. Diantaranya adalah Abu Mush’ab. Entah kenapa, ada satu ikhwan yang menggunakan telepon seluler yang tentu saja memakai bantuan satelit. Saya meninggalkan tempat ini bersama tiga orang ikhwan, beberapa menit setelah ikhwan Arab tadi mengaktifkan ponselnya. Sepuluh menit kemudian, pesawat Amerika menembakkan rudal ke rumah yang kami tempati tadi. Padahal, Abu Mush’ab dan dan beberapa ikhwan masih di sana. Serangan ini mengakibatkan atap rumah roboh, untunglah tidak ada satu pun ikhwan yang terbunuh. Tetapi sebagian mengalami patah tulang, diantaranya adalah Abu Mush’ab. Beliau mengalami patah tulang pada rusuk dadanya dan sedikit mengalami luka memar akibat tertimpa atap rumah.
Kandahar mulai diserang. Ada keputusan baru dari pimpinan kami, untuk segera mundur ke arah pegunungan dan mengirimkan ikhwan-ikhwan yang terluka ke daerah-daerah aman dan tidak menjadi target serangan. Waktu itu, termasuk Abu Mush’ab diminta agar keluar saja ke Pakistan, sebab ia terluka. Tetapi beliau menolak. Ia ingin terus bergabung dengan kami dan ikut terus dalam perang.
Biasa, Amerika takut melakukan pertempuran langsung berhadap-hadapan. Maka dari itu, mereka selalunya memakai cara menembakkan rudal dari pesawat. Mereka juga memanfaatkan tentara Aliansi Utara yang munafik dan tidak setuju dengan Taliban untuk melakukan serangan dari darat.
Dari peristiwa di atas, dapat kami katakan bahwa Abu Mush’ab sama sekali tidak ingin lari dan mundur dari peperangan. Walaupun sebenarnya ia memiliki udzur syar’i untuk tidak ikut.
Pertempuran berjalan tidak seimbang dan tidak berhadap-hadapan langsung. Target serangan Amerika kali ini, kurang lebih adalah sebagai berikut:
  1. Menjatuhkan pemerintahan Islam Taliban, dan berusaha agar jangan sampai bangkit kembali di masa mendatang. Sebab, pemerintahan inilah yang telah menyediakan tempat yang aman bagi Al-Qa’eda. Maka ini tidak boleh dibiarkan. Sebab, kalau pemerintahan ini terus berkelanjutan akan menjadi embrio tegaknya Khilafah Islamiyah yang selama ini dicita-citakan oleh semua orang Islam di berbagai belahan dunia.
  2. Membasmi Al-Qa’eda dan para pemimpinnya. Sekaligus menampakkan sebuah pelajaran bagi siapa saja di masa mendatang, bahwa mereka yang berani mengusik gajah besar (Amerika), harus diberi pelajaran yang setimpal. Ganjaran itu adalah dibasmi sampai habis. Ini termasuk ancaman terbesar yang kami hadapi pertama kali. Tantangan ini harus dihadapi dengan balasan seimbang pula. Maka pemerintah Taliban mengambil keputusan berani, dengan membubarkan pemerintahan dan melakukan konsolidasi baru dalam menghadapi kenyataan yang sekarang terjadi di Afghanistan. Taliban juga menargetkan perjuangan selama tujuh tahun ke depan untuk mengalahkan Amerika dan sekutu-sekutunya serta kaum munafik pengkhianat.
Kami segera melakukan apa yang menjadi program kami ini. Oleh karena itu, tidak mungkin lagi bagi Al-Qa’eda untuk menampakkan diri di berbagai daerah secara terang-terangan seperti dulu, atau memakai sistem perjuangan lama. Kami dituntut untuk menyebar secara terorganisir dari awal, di setiap tempat yang dapat kami jangkau di seluruh dunia.
Kami tidak lari dari pertempuran
Sebagian orang mungkin akan protes, seperti inikah sikap berani dalam mempertahankan prinsip dan nilai-nilai akidah yang kalian yakini? Lebih-lebih, Islam menganggap lari dari pertempuran adalah pengkhianatan besar.
Jawabannya ada pada point-point berikut:
  1. Kami tidak lari dari pertempuran dan membiarkan ikhwan-ikhwan Taliban menghadapi Amerika sendirian. Program kami adalah menyebar di seluruh bola bumi ini, dan coba membuka medan tempur baru dengan berbagai macam model terhadap Amerika. Tujuannya untuk memecah belah konsentrasi kekuatan Amerika, dan menghindari supaya mereka jangan sampai berkonsentrasi pada satu daerah saja.
  2. Tekhnik perlawanan yang diputuskan oleh para petinggi Mujahidin kala itu adalah perang gerilya dengan sistem hit and run (serang dan lari). Tekhnik ini menuntut pelakunya harus orang lokal. Face wajah dan logat bahasa kami sebagai orang Arab tidak cocok untuk tugas ini. Untuk ikhwan Arab yang sudah menguasai bahasa dan logat setempat, mereka diberi pilihan. Boleh tetap tinggal atau keluar bergabung bersama ikhwan-ikhwan yang lain di bumi pertempuran yang lain.
  3. Aksi keluarnya mujahidin dari daerah ini, dan menyebarnya mereka di berbagai tempat yang lain, memberikan kekuatan dan potensi material dan SDM lebih banyak yang bisa kami gunakan dalam pertempuran. Lebih-lebih pertempuran kali ini tidak terbatas oleh batasan geografis tertentu, tetapi sudah mendunia.
  4. Kami menyadari langkah-langkah ini sangat penting untuk menjaga kelanjutan propaganda kami. Juga penting untuk menggagalkan salah satu target Amerika, yaitu membasmi anggota Al-Qa’eda dan para pemimpinnya.
Alhasil, kerugian yang kami alami tidak seberapa besar, Alhamdulillah. Lebih dari itu, para pemimpin Al-Qa’eda masih selamat dan terus menjalankan program perjuangannya di bumi Afghanistan. Sedangkan para pemuda yang menyebar di berbagai belahan dunia, telah berhasil membuka medan tempur baru antara mereka dengan Amerika dan orang-orang yang loyal terhadapnya, baik kaum murtaddin ataupun munafikin. Ini dibuktikan dengan hasil yang sekarang telah dicapai oleh Akhi Abu Mush’ab az-Zarqawi dan pengikutnya di Irak. Saat itu, saya menjadi penanggung jawab pengamanan ikhwan-ikhwan Arab mengantar mereka ke Iran. Sesampai di sana, kita bagi tugas menurut yang kami anggap sesuai. Abu Mush’ab dan pasukannya termasuk di dalamnya.
AZHAR.M.F

Penulis : RG-UG112 ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Serial kisah para komandan Jihad: Pengalamanku bersama Abu Mush’ab az-Zarqawi ini dipublish oleh RG-UG112 pada hari Jumat, 18 Mei 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Serial kisah para komandan Jihad: Pengalamanku bersama Abu Mush’ab az-Zarqawi
 

0 komentar: