>

Pesan KH. Latief Mukhtar (Ketua Umum Persis 1983-1997). “Rijalul Ghad dan Ummahatul Ghad: Organisasi Kader”



Allhamdulillah,  saya, yang temasuk generasi tua, biasa berbicara dari hati ke hati dengan generasi muda yang sedang tumbuh –berkembang, dan mempunyai dinamika yang tinggi. Nama menunjukkan  makna dan mengandung cita-cita yang terkandung didalamnya. Rijalul Ghad dan Ummahatul Ghad adalah nama bagi organisasi pelajar putra dan putri di seluruh Pesantren Persatuan Islam. Organisasi ini usianya seusia pesantren, tetapi keberadaannya sering kali kurang Nampak di permukaan, kecuali ketika ada imtihan di akhir tahun. Nama organisasi ini sebenarnya berasal dari pribahasa Arab yang berbunyi: “Subban al-yaum rijal al-ghad, fatayat al-yaum ummahatul al-ghad.”
Kini antum, sebagai talamidzah, thullab wa thalibat, pemuda pemudi yang sedang tumbuh-berkembang, yang dipersiapkan untuk masa depan, hendaknya menjadi Rijal dan Ummahat dalam arti haqiqiy dan majaziy. Meskipun arus emansipasi melanda Negara berkembang, yang secara alamiah dan naluriah merupakan sunatullah, tetapi ada perbedaan antara Rijal dan Ummahat atau An-nisa. Keberadaan keduanya, meskipun berbeda, justru saling melengkapi. Jadi nama organisasi Rijalul Ghad-Ummahatul-Ghad mengandung makna cita-cita orang tua agar putra-putrinya kelak menjadi Rijal, pemimpin yang berani membela islam dan kaum Muslimin dengan senjata ilmu keislaman yang cukup; dan menjadi Ummahat, Pendidik gennerasi baru yang secara kuantitatif membentuk umat dan para pakar dalam pelbagai bidang, termasuk ahli pikir dan ulama sebagai ‘Makhluk Langka”.
Setiap orangtua merasa khawatir jika belum melihat pelanjut perjuangannya untuk masa pendatang; terutama jika mereka sudah merasa lemah fisik, daya ingat, dinamika atau sudah menginjak usia senja. Ketika berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa, Nabi Zakaria mengungkapkan perasaannya:  “(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang Rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya Zakaria, yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: “Ya Tuhhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku (para pelanjutku) sepeninggalanku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi sebagian keluarga Yakub, dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhoi”. (Q.S: Maryam, 19:1-6).
Seperti Nabi Zakaria, Nabi Ibrahim a.s juga berdoa untuk dianugerahi pelanjut yang shaleh dan sabar: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah (seorang anak) yang termasuk orang-orang shaleh”. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar (Nabi Ismail a.s). maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa sesungguhnya aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu; Ia menjawab: ‘Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (Nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggil dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu’, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Q.S.Ash-Shaafat,37 :100-107).
Cita-cita itu juga mengandung harapan munculnya pemuda yang teguh dan tangguh dalam keimanan kepada Allah Yang Tunggal; seperti halnya kisah Ashabul Kahfi: “Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesunggunya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri (dihadapan Raja Dikyanus Decius) lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan Langit dan Bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,… (Q.S.Al-Kahfi,18: 13-14)
Demikian cita-cita yang terkandung dalam makna Rijalul Ghad dan Ummahatul Ghad . Persis sampai sekarang hanya mengadakan lembaga pendidikan pesantren dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1.      Membentuk sekelompok orang yang memperdalam agama seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah(9):122, yakni liyatafaqqahu fid-din, wa liyundziru…wa la’allahum yahdzarum.
2.      Membentuk al-akhlaqul-karimah sesuai dengan hadist: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”. Dengan suri teladan atau Uswatun Hasanah Rasulullah seperti yang diungkapkan oleh Siti Aisyah r.a..: “Akhlak Rasul itu adalah Al-Qur’an”. Karena itu, Al-Qur’an dipelajari dengan Bahasa Arabnya, begitu juga Sirah Nabawiyah sebagai penjelmaan Al-Qur’an dalam kehidupan Nabi SAW secara nyata.
Selain itu, antum, ya abnai wa banati! Dipersiapkan untuk masa depan, karena pendidikan yang baik adalah berorientasi ke masa depan sesuai dengan hadist: “Ajarlah anak-anakmu, sesungguhnya mereka dilahirkan bukan di Zamanmu”.
Masa kini dan masa mendatang akan penuh dengan tantangan globalisasi, munculnya abad informasi dan industrialisasi. Antum-lah yang akan melanjutkan dan mempertahankan tegaknya ajaran islam di tengah-tengah masyarakat yang berubah itu.
Perhatikan Trilogi pendidikan yang mempengaruhi anak didik:
1.      Lingkungan Keluarga; landasannya adalah sabda Rasul  dan firman Allah dalam surat Ar-Rum(30):30.
“setiap anak dilahirkan diatas dasar fitrah. Maka ibu-bapaknya (sebagai lingkungan terdekat) yang menyahudikannya, menashranikan, atau memajusikannya.

Al-Quran juga menegaskan:
“Hai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari (siksaan) api neraka,” (Q.S.At-Tahrim{66}:6).

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Karena itu, ciptakanlah lingkungan keluarga yang islami.

2.      Lingkungan Sekolah/Pesantren; sebagai lembaga pendidikan yang teratur dan berjenjang sesuai dengan perkembangan anak didik. Meskipun waktunya relative singkat, lingkungan sekolah diharapkan efektif dan efisien dengan metodologi pendidikan yang berkembang.

3.      Lingkungan Masyarakat; sesuai dengan kondisi objektif di Negara kita. Melalui lingkungan masyarakat, diharapkan muncul proses islami dengan pendekatan cultural—pedidikan formal dan non formal—yang akhirnya secara gradual menjadi moral dan social force yang diperhitungkan. Ini merupakan peluang luas bidang muamalat, meskipun tantangannya cukup berat, yakni berupa iptek, globalisasi, dan abad informasi.
Peningkatan Sumber Daya Manusa (SDM), bagaimanapun, kembali pada program pendidikan. Bagi santriwan dan santriwati adalah peningkatan keimanan dan ketakwaan serta peningkatan wawasan keilmuan bidang agama dengan pendalamannya. Perkembangan iptek perlu diamati, karena mengandung hal-hal positif dan negative terhadap sikap keagamaan. Oleh karena itu, bagi kita, iptek mempunyai dua sisi: positif—agar menjadi ilmu yang bermanfaat dan negatif—dengan dampak sosial keagamaan yang perlu diwaspadai dan dicegah.
Terakhir, semoga pembahasan ini bermanfaat bagi generasi pelanjut saya, sebagai Tadzkirah. Semoga ia menjadi renungan dalam perjalanan hidup ini. Mari berusaha secara optimal sambil berdoa kepada-Nya. Berusahalah sambil berdoa, dan berdoalah sambil berusaha secara optimal. (HNR).
*).Untuk lebih jelasnya silakan lihat: A.Latief Mukhtar, Gerakan Kembali Ke Islam; Warisan KH. A Latief Mukhtar (Ketua Umum Persis 1983-1997). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Penulis : RG-UG112 ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Pesan KH. Latief Mukhtar (Ketua Umum Persis 1983-1997). “Rijalul Ghad dan Ummahatul Ghad: Organisasi Kader” ini dipublish oleh RG-UG112 pada hari Minggu, 11 Maret 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Pesan KH. Latief Mukhtar (Ketua Umum Persis 1983-1997). “Rijalul Ghad dan Ummahatul Ghad: Organisasi Kader”
 

0 komentar: