Banyak
pemberitaan beradar simpang siur adanya. Kasus Gandekan yang
seharusnya dimuat dengan fakta ternyata dalam kenyataanya tidak sesuai
demikian. Seperti halnya kasus Gandekan. Informasi yang berkembang di
masyarakat adalah hadirnya ratusan Umat Islam membuat resah warga
kampung selama dua hari. Padahal, pemberitaan yang berat sebelah seperti
video yang ditayangkan TV One sangat tendensius dan tidak ada upaya
sama sekali untuk memberikan berita yang seimbang mengenai kronologi
kejadian. Mensikapi permasalahan tersebut maka reporter Fujamas mencoba
mewawancarai beberapa sumber mulai dari Ust Supriyanto takmir Masjid
Muhajirin, Agus Junaidi (koordinator dari Umat Islam) dan dari korban
Agus Pamuji, Didik, Shandy dan terakhir Yunianto pemilik sepeda motor
yang dibakar. Berikut ini rangkuman dari kronologi kasus Gandekan.
Pertama, Kamis (3/5)
siang saat warga semanggi ada yang meninggal maka semua warga termasuk
jamaah Masjid Muhajirin juga melayat. Karena dikubur di PU Purwoloyo
Pucang Sawit maka rombongan lewat Jl RE Martadinata dan melintasi
Tanggul Pasar Kampung Sewu.
Kedua, usai melayat
Yunianto dan tiga teman lainnya mencoba lewat tanggul agar cepat sampai
dirumah. Namun saat baru berbelok ke kiri tiba-tiba ia dipukul bahunya
dengan bambu oleh dua orang yang nongkrong di cucian motor milik Iwan
Walet. Karena tidak bisa menahan diri akhirnya Yunianto terjatuh
berikut motor yang ditunggainya tiga temanya langsung lari
menyelamatkan diri. Karena merasa tak bersalah Yunianto pun bertanya
pada orang yang memukul tersebut ”Mas salah saya apa kok dipukul” bukan
jawaban yang diterima malah pukulan lagi yang diterima. Yunianto pun
lantas lari menyelamatkan diri berjalan diatas tanggul ke arah selatan.
Namun, saat menjauh ia ingin kembali untuk mengambil sepeda motor
namun saat mendekat orang yang membawa bambu memanggil ke
teman-temannya. ”Karena saya takut dikeroyok ya sudah mas, saya lari
saja menyelamatkan diri” Ujar Yunianto.
Ketiga, Sepeda motor Honda Supra dengan nopol AD 5432 BZ kemudian dibakar diperempatan tanggul.
Keempat,
Karena sepeda motor dibakar ditengah jalan maka masyarakat sekitar
ikut berkerumun menyaksikan dan semua bertanya motor miliki siapa,
kenapa dibakar dan sebagainya. Begitupula korban yang bernama Agus
Pamuji, dia adalah pedagang onde-onde yang biasa berdagang di Pasar
Gedhe. Siang itu ia sholat dan istirahat dimasjid yang tak jauh dari
lokasi pembakaran. Seperti halnya masyarakat pada umumnya iapun
penasaran ada apa ramai-ramai ditengah jalan. Iapun lantas juga
melihat. Saat mendekat ke motor itulah ia langsung dipukul dan
dikeroyok oleh beberapa orang yang ada disitu. Dengan menggunakan
senjata tajam dan pentungan. Tanpa sebab yang jelas akhirnya iapun
tersungkur tidak sadar dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Moewardi
Solo. Menurut penuturan seorang Hansip (Linmas) yang saat itu
menyaksikan penganiayaan menjelaskan bahwa Agus Pamuji dihajar karena
ia dicurigai sebagai intel (informen)nya Laskar karena ia berjenggot.
Kelima, Nasib yang tak
jauh beda juga dialami oleh Shandy ia termasuk rombongan pelayat yang
pulang terakhir. Karena dijalan ada pembakaran iapun lantas ingin
melihat. Saat mendekat itulah iapun langsung disiksa oleh para preman
tersebut bertubi-tubi. Dan terjatuh hingga ia dibawa ke rumah Sakit
Kustati.
Keenam, rombongan pelayat lainya yang termasuk disitu ada Ust Supriyanto langsung mengajak menyelamatkan diri.
Ketujuh, Berita tentang
pembakaran dan penganiaiyaan dua orang Muslim beredar di Solo Raya.
Sms pun santer bahkan ada yang menyebutkan ada yang meninggal. Melihat
itulah lantas semua aktivis Islam diminta untuk hadir ba’da sholat
Ashar di Masjid Muhajirin Semanggi untuk berkoordinasi dan menentukan
sikap. Dan berjalan menyusuri kampung Iwan Walet akhirnya dipilih.
Ratusan Umat Islam melakukan longmarh dari Masjid Muhajirin menuju
kampung sewu dan melintasi Jalan RE Martadinata. Langkah itu ditempuh
dua kali hari Kamis dan Jumat (3-4 Mei).
AZHAR.M.F
0 komentar:
Posting Komentar